Pada 30 Desember 2004, bantuan pangan, obat-obatan dan air disalurkan. Menyadari kebutuhan akan informasi yang cepat dan akurat seputar perkembangan keadaan masyarakat setempat, didirikanlah dua stasiun radio komunitas. Pada 5 Januari 2005, 350 unit receiver radio segera dikirimkan ke Aceh. Tak berhenti sampai di situ 10.000 radio lainnya juga telah berhasil dikirimkan.
Bermula dari peristiwa memilukan ini, First Response Indonesia diperkembangkan. Unit ini merupakan suatu proyek, untuk melatih para penyiar lokal yang berada di daerah bencana. First Rensponse Indonesia memungkinan dan mempersiapkan siaran di udara dalam kurun waktu 72 jam, setelah bencana terjadi. Para penyiar juga didorong untuk bekerja sama dengan berbagai pihak seperti dengan aparat pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam menyalurkan informasi yang akurat, jelas dan cepat.